Jumat, 01 Mei 2015

Mari Ketawa!

Oleh: Novel Em Alam
Kenyataannya, semua fenomena yang ada di dunia ini tidak selamanya bisa dilogikakan. Apakah kemudian kita harus protes? Ya jangan juga. Kita harus melihat sikap masyarakat terhadap fenomena-fenomena yang dimaksud. Kalau dalam masyarakat tidak bermasalah ya biarkan saja. Kalau kita protes ntar malah kita yang dianggap tidak waras.

Kalimat ngawur diatas hanya pengantar. Maksudnya saya ingin menyampaikan bahwa ada loh hal-hal aneh (tidak masuk logika) dalam kehidupan sehari-hari kita tapi tidak kita rasakan, ato minimal kita sudah sepakat menganggapnya biasa. Contohnya adalah pacaran. Nah, ini sudah masuk ke pointnya nih. Pacaran adalah hal yang dilarang (oleh agama) tapi disepakati dimaklumi untuk dilakukan. Dilarang tapi ditidak-apa-apakan. Dilarang tapi dibolehkan. Orang yang pacaran (baca: punya pacar) itu tidak apa-apa, bahkan justru bagus. Yang tidak pacaran kampungan, tidak mengikuti tren, dan ngga keren. Aneh kan?

Coba siapa yang tidak sepakat dengan konsep pacaran? Kalau anda mengaku, pasti anda adalah orang aneh. Anda adalah bagian dari orang minoritas, ato jangan-jangan anda hanya sendirian karena anda keluar dari kesepakatan hasil musyawarah besar masyarakat. Ada yang protes dengan statmen ini? Oke, kalau nggak ada, terima kasih.

Lanjut. Coba bandingkan dengan bentuk larangan-larangan yang lain. Larangan mencuri, misalnya. Semua orang sepakat bahwa mencuri itu tidak boleh dan harus tidak dilakukan. Kalau dilakukan berarti melanggar norma. Konsekuensinya dikucilkan, dipenjara, dosa dan nanti masuk neraka (kalau yang percaya neraka). Bahkan pencurinya sendiripun tidak protes kalau di-demikian-kan. Berzina, semua orang juga berfikir sama. Bahkan merokok, hal yang tidak dilarang mutlak, hanya dianjurkan untuk ditinggalkan, banyak orang yang mengharamkan. Sekarang ini yang mengatahui dan mengamalkan bahwa hukum rokok itu tidak haram seakan-akan hanya perokok dan penjualnya saja. Bayangkan. Betapa orang telah berlaku strik dengan hal-hal yang berbau larangan. See?

Nah, kembali lagi ke topik. Pacaran. Dari fenomena dilarangnya pacaran namun disepakati untuk dibolehkan, saya sempat berfikir bahwa ini mungkin akan menarik Kalau dijadikan riset, penelitian, atau apalah semacamnya. Pembahasan ini akan menjadi menarik apalagi yang melakukan riset dan diriseti pun pasti orang yang sepakat bahwa pacaran itu dibolehkan karena saat ini memang sudah tidak ada lagi orang yang mempunyai kesepakatan yang berbeda.

Hahaha, dunia ini memang gemblung.

Ups tapi jangan salah kira. Saya menulis ini bukan dalam rangka melawan justifikasi masyarakat selama ini terhadap konsep pacaran, ato lagi curhat karena saya yang jelek dan miskin ini belum juga laku-laku. Ini hanya ajakan untuk menertawakan ke-gemblung-an dunia ini.

Mari tertawa. Hahaha.

[o]

0 komentar:

Posting Komentar