Minggu, 17 Mei 2015

NYELINGKAR

Bastian Ev: “Aku ki ngrasak-e manfaat e Selingkar ki akhir-akhir iki, pas ngulang mata kuliah Filsafat Pendidikan, terbiasa dengan diskusi yang ‘rumit’ membuatku malah mudah mencerna makul Filsafat, nuwun."

~

Zia Ul Haq: “Ya, seperti yang sudah kita sepahami bersama di awal kelahiran Selingkar [o], forum diskusi santai ini tidak menjanjikan apa-apa, entah itu keuntungan finansial, ketenaran sosial, jabatan publik, atau sertifikat akademik. Hahaha. Di sini kita hanya mengasah pola pikir agar lebih peka dan jeli dalam menghadapi fenomena apapun di masyarakat dari berbagai sudut pandang. Adapun kemudahan yang Mr. Bastian rasakan adalah bonus dari proses ini. Dan semoga para penduduk lain juga bisa merasakan hal serupa, terutama saat terjun di medan juang masyarakat, kini atau kelak.

Sutri Cahyo: “SEMUA ada manfaatnya.”

Zainal Muhidin: “Aku ada manfaatnya tidak ya?”

Ayik Abdulloh: “Tetep lestarikan dan ajak anak semester yang sesudah kita.”

Rizki Adi Prianto: “Aku ini ono makul Filsafat Pendidikan, blas gak minat soale njlimet, dosene juga bukan bidange, dadine bareng-bareng bureng, mohon pencerahan.”

Bastian Ev: “Kang Rizki, sebenernya di Selingkar saya lebih sering jadi pendengar, berangkat Selingkar juga kadang-kadang. Tapi kalau pas di diskusi saat itu, saya perhatikan baik-baik pemikiran Kang Zia, Kang Irfan, Kang Mukid, Kang Said, dan temen-temen lain yang tidak bisa saya sebutkan satu persatu.
Mulanya sumpah, bingung. Mereka itu seperti bilah sabit yang sudah tajam kedua sisinya. Sudah memotong pohon sana pohon sini. Sedangkan saya masih sabit tumpul yang jarang sekali memotong pohon (buku, pengalaman dan lain-lain). Tapi karena ‘dipaksa’ untuk mengikuti alur berfikir mereka, akhirnya mendengarkan juga.

Nah, entah gimana, saat ngulang makul Filsafat Pendidikan yang dijelaskan dosen itu kok nyambung bahkan sama dengan yang pernah saya denger di Selingkar. Seakan-akan potongan kata-kata teman-teman Selingkar itu bersambungan jadi satu dengan apa yang dijelaskan dosen tentang idealitas, makrokosmis, mikrokosmis, realitas dan lain-lain. Menjadi satu rel, yang sebelumnya berserakan di otak saya. begitu Kang Rizki. Saya juga masih belajar kok.

Rizki Adi Prianto: “Hihihi, enak yo...”

[o]

0 komentar:

Posting Komentar