Minggu, 17 Mei 2015

Awal dan Akhir Hari

Oleh: Mukid

Dahulu kala, pada zaman Purba tepatnya pada zaman Nekrofagus (bersifat pemakan bangkai) telah terjadi perselingkuhan dan hubungan gelap antara spesies Homo Kuadratus (belum pintar dan berbahu lebar/persegi) dengan spesies Homo Wajakensis (manusia purba yang sudah mempunyai bentuk seperti homosapiens) dan akhirnya melahirkan spesies baru yaitu Homo Sapiens (manusia kini yang sudah berfikir).

Nah, Homosapiens tersebut bernama Zia Ereksitus, seiring bertambahnya usia, Zia Ereksitus menjadi seorang filsuf terkenal seantero jagat, bahkan dia adalah filsuf pertama dan satu-satunya pada saat itu. Suatu hari Zia Ereksitus sedang berfilsafat untuk menentukan awal dan akhir dari hari, setelah melakukan pengamatan yang cukup lama akhirnya Zia Ereksitus mempunyai beberapa kesimpulan, dimana kesimpulan itu dia paparkan kepada juru tulisnya yang bernama Irfan Idiotus, Irfan Idiotus termasuk spesies Homo Kuadratus yang lugu dan agak bodoh.

Zia Ereksitus bertanya, “Kamu tahu awal dan akhir hari?”

“Ha.. .. apa.. .. hari??” jawab Irfan Idiotus dengan mata yang lebar sembari mengusap iler dan ingus yang setia mempertampan wajahnya.

“Ah, percuma saja bicara denganmu, lebih baik kamu tulis saja omonganku,” perintah Zia Ereksitus sembari meggaruk-garuk p*nt*tnya.

“Baik, Kakak..” jawabnya masih diiringi lelehan ingus di hidungnya.

“Hari, hari itu adalah...,” Zia Ereksitus memulainya dengan agak bingung.

“Hari adalah gelap dan terang, gelap ketika bola cahaya hilang di sebelah sana, dan terang ketika bola cahaya kembali lagi dari sana,” jelasnya sembari menunjuk-nunjuk arah, “Sebelum terjadi gelap dan terang adalah sebuah remang-remang.”

“Haa, remang-remang? Aku suka remang-remang.. hohoho,” celetuk Irfan Idiotus dengan menyipitkan mata dan lobang hidung yang membesar. Zia meneruskan ceritanya,

“Dan sekarang aku akan memutuskan bahwa awal hari adalah..,” Zia Ereksitus berhenti. Irfan Idiotus juga bengong menunggu lanjutan kesimpulan darinya.

“Sebentar,” kata Zia Ereksitus. Irfan Idiotus hanya diam sembari bermain ingus dengan hidungnya. Zia Ereksitus berfikir, kalau awal hari adalah terang maka aku akan terlambat menjalani hari, karena aku selalu bangun ketika hari sudah terang, dan tak pernah melihat bola cahaya muncul. Tapi kalau awal hari adalah gelap maka aku tidak akan mampu menjalani hari, karena sebelum gelap itu berakhir aku pasti lebih dulu tidur, jadiii... emmm..

“Jadi aku putuskan AWAL HARI adalah SAAT AKU BANGUN TIDUR, dan AKHIR HARI adalah SAAT AKU TIDUR!”

Zia pun tersenyum puas, membuat mukanya yang berbulu menjadi sedikit lebih tampan. Irfan juga berdiri dan menepuk-nepukan tangan kedadanya yang lebar dan penuh bulu-bulu kasar, kemudian diikuti juga dengan zia. Mereka memukul-mukul dada dan berteriak;

“AAAAAUUUWWWOOOOWWWW...!!”

[o]

0 komentar:

Posting Komentar