Senin, 02 Februari 2015

Meneropong Pendidikan Indonesia

Oleh: Wardono Jakarimba

Ketika sedang asyik membuka halaman per halaman majalah Bintang, tak seperti biasanya ada tulisan tentang dunia pendidikan berjudul “MEMBANGUN OPTIMISME DUNIA PENDIDIKAN”. Maklum, yang namanya majalah Bintang biasanya hanya berisi gosip, gosip, dan gosip seputar selebritis. Sehingga dengan rakusnya saya langsung membaca tulisan tersebut sampe habis tanpa terlewatkan sekatapun.

Kemudian terlintas di otakku untuk berbagi isi tulisan tersebut kepada teman-teman. Mengingat kita sudah terlanjur menceburkan diri ke jalur yang muaranya mengarah pada guru. Sebagai calon guru tentu kita di tuntut melahap serakus-rakusnya semua informasi tentang dunia pendidikan agar dapat menjadi guru yang berwawasan luas. Dan ulasan kembali terhadap tulisan tersebut semoga dapat menambah pundi-pundi wawasan kita terhadap dunia pendidikan. Di tulisan tersebut tidak ada nama penulisnya, jadi dalam pembahasan ulang ini saya sebut penulis tulisan tersebut dengan penulis. Oke, jangan banyak cas cis cus lagi, mari kita segera bahas kembali tulisan tersebut.

Dengan berbagai permasalah yang masih menyelimuti pendidikan Indonesia, mulai dari sarpras, kualitas, pemerataan, dana, kebijakan, dan lain sebagainya, kita tetap harus memiliki optimisme yang tinggi dalam membangun pendidikan yang maju, karena peradaban Indonesia yang lebih baik hanya dapat diwujudkan melalui pendidikan. Maka sangatlah tepat jika momen Hari Pendidikan Nasional (Hardiknas) tahun 2013 bertemakan “Meningkatkan Kualitas dan Akses Berkeadilan”.

Penulis membeberkan kenapa tema tersebut sangat tepat karena kita memang wajib memiliki keyakinan dan optimistis, Indonesia ke depan adalah Indonesia yang lebih baik, karena itulah dibutuhkan kualitas, disertai akses yang berkeadilan, tanpa mengenal asal usul, status sosial dan latar belakang ekonomi. Optimisme ini didukung oleh fakta, bahwa setelah reformasi sampai sekarang ini Indonesia telah mengalami pertumbuhan ekonomi yang berarti. Bahkan Mc Kinsey Global Institute (September 2012) meramalkan Indonesia akan menjadi kekuatan ekonomi nomor tujuh di dunia pada tahun 2030. Bukan hanya itu, dalam laporan itu disebutkan bahwa pada tahun 2030, Indonesia membutuhkan sebanyak 113 juta tenaga kerja terampil. Dari mana dan bagaimana menyiapkannya??? Jawabannya tentu dari dunia pendidikan.

Awal mendengar ramalan itu, saya atau mungkin juga teman-teman seperti tidak percaya Indonesia dapat seperti itu di tahun 2030 mengingat keadaan Bangsa Indonesia yang seperti ini, masih banyak rakyat miskin, ratusan atau bahkan ribuan kisah Tasripin-Tasripin lain yang masih tersembunyi, kesenjangan ekonomi antara si kaya dan si miskin makin tinggi, namun juga bukan sesuatu yang mustahil untuk menggapai ramalan tersebut terwujud jika kita mau bekerja keras mengabdi setulus hati di dunia pendidikan. Jangan banyak cas cis cus lagi, ayo kita bahas lagi tulisan tersebut...

Tema tersebut bukan hanya sekedar pelengkap dalam Hardiknas, tapi menjadi kewajiban bagi pemerintah pusat dan daerah serta kita (masyarakat) untuk mewujudkannya demi terciptanya peradaban Indonesia yang lebih baik. Oleh karenanya, amanat dalam UUD 1945, yakni tiap warga negara wajib mengenyam pendidikan dasar, dan negara wajib mengelolanya, sehingga pemerintah pusat dan daerah, bersama-sama dg masyarakat harus berusaha memenuhi amanat tersbeut melalui pembangunan sekolah-sekolah di seluruh Indonesia, termasuk di daerah 3T (terdepan, terluar, dan tertinggal). Selain itu, menurut penulis, pendidikan haruslah menjangkau seluruh lapisan masyarakat, sebagai upaya memenuhi hal itu Kemdikbud telah memiliki program Bantuan Operasional sekolah (BOS) dan Beasiswa Miskin (BSM). Mulai tahun pelajaran 2013, BOS akan diberikan di jenjang pendidikan menengah. Diharapakn melalui program ini, kita tidak akan pernah mendengar lagi ada anak dari keluarga tak mampu yang tidak bisa mengenyam pendidikan atau putus sekolah.

Kebijakan serupa tidak berhenti hanya pada jenjang pendidikan menengah atas saja. Namun juga kebijakan yang dapat membuka selebar-lebarnya kesempatan bagi siswa dari keluarga tak mampu untuk melanjutkan ke perguruan tinggi. Nah, kebijakan pemerintah untuk mendorong tersebut dengan meluncurkan Bantuan Operasional Perguruan Tinggi Negeri (BOPTN) dan kebijakan uang kuliah tunggal (UKT), serta peningkatan jumlah penerima beasiswa Bidik Misi. Selain ketiga kebijakan tersebut, Kementerian dalam beberapa tahun terakhir telah membuka beberapa perguruan tinggi di luar Pulau Jawa. Termasuk yang mulai dirintis adalah pendirian Akademi Komunitas yang akan didirikan minimal satu di setiap kabupaten/kota, sebagaimana diamanatkan dalam UU No. 12 tahun 2012 tentang Pendidikan Tinggi.

Semua itu dilakukan tentu untuk meningkatkan akses seluas-luasnya bagi seluruh putra putri bangsa ini dalam mengenyam pendidikan. Dan hal ini adalah langkah untuk meningkatkan potensi sumber daya manusia guna membangun bangsa di segala bidang yang pada akhirnya dapat membawa Indonesia ke peradaban yang lebih baik.

Sebagai insan akademik, yang nantinya terjun mengabdi dalam dunia pendidikan, tentu kita jangan pernah kehilangan rasa opimisme untuk memajukan dunia pendidikan kita. Segudang permasalahan yang masih menyelimuti dunia pendidikan kita, harus menjadi pemicu semangat kita semakin tinggi untuk memeprbaiki kekurangan-kekurangan dalam pendidikan kita, jangan sebaliknya menjadi optimisme kita semakin luntur karena itu hanya akan semakin memperparah dunia pendidikan dan pada akhirnya para putra putri penerus bangsalah yang menjadi korban. MAU ANAK CUCU KITA JADI KORBAN PENDIDIKAN KITA? Jawaban kita tentu TIDAAAK! Makanya mari kita tetap SEMANGAAAT!

[o]

0 komentar:

Posting Komentar