Sabtu, 15 Desember 2012

Manunggaling Kawula Gusti

Selasar Teatrikal FTIK, Kamis 15 Desember 2012 | Penyaji: Irfan Wahyu Adi Pradana

Militansi penduduk Selingkar Kamis (13/12/2012) kemarin patut diacungi jempol, meskipun memang bukan suatu hal yang luar biasa untuk dipiagamkan atau dipialakan dalam penghargaan-penghargaan absurd, setidaknya semangat penduduk untuk istiqomah berdiskusi sebagai salah satu dari sekian banyak cara mengaktivasi potensi diri pantas menjadi sebab berbungah hati.

Memang partisipan yang ikut berdiskusi kemarin tidak sebanyak biasanya, namun kegayengan diskusi santai tetap kental seperti biasanya. Diskusi yang awalnya digelar di trotoar kantin Tarbiyah harus dipindahkan ke selasar teatrikal Fakultas Tarbiyah karena guyuran hujan.


Dari satu setengah jam berdiskusi tentang Pengaruh Makrifat Siti Jenar dalam Teologi Rakyat Pinggiran, para penduduk menyimpulkan idenya dengan bahasa serta sudut pandang masing-masing;

Rohmat: "Anak TK jangan dijejali dengan pelajaran pelajar SMA, hal yang diajarkan kepada seseorang haruslah disesuaikan dengan kemampuan daya tangkapnya."

Yasin Syafii Azami: "Terlepas dari benar salah konsep teologi Manunggalnya, gerakan yang diusung oleh Siti Jenar merupakan langkah revolusioner yang inspiratif."

Milyun Noor: "Apa yang dipahami dan dinisbatkan kepada Siti Jenar tentang Manunggaling Kawulo Gusti pasti dipahami pula oleh tokoh-tokoh wali yang lain. Namun dalam langkahnya, Siti Jenar memilih menempuh jalan yang ekstrim. Al-Junaid mengatakan; seandainya pikiran para pemikir dicurahkan sedalam-dalmnya pada masakah tauhid, maka akan berakhir dengan kebingungan. Abu Bakr as-Shiddiq berujar; Mahasuci Allah yang tidak menjadikan jalan bagi makhluk-Nya mengenal-Nya, melainkan dengan ketidakmampuan mengenal-Nya."

Zainal Muhidin: "Manunggallah dalam Gustimu dengan cara menjadi kawula-Nya."

Yusuf Kun: "Hal yang disampaikan oleh Siti Jenar tentang Manunggaling Kawulo Gusti sudah merambah ranah 'Irfani, bukan sekedar pendekatan Burhani yang rasional. Namun, kondisi masyarakat saat itu belum mapan dan sebetulnya belum siap menelan doktrin 'Irfani tersebut."

Pramono: "Silakan memiliki pandangan atau pendapat apapun, asalkan mau dan mampu mempertanggungjawabkan pemikiran tersebut di khalayak agar tidak menimbulkan gonjang-ganjing di masyarakat."

Rey Himura: "Ilmu Manunggaling Kawulo Gusti ala Siti Jenar merupakan obyek yang multitafsir. Maka alangkah baiknya bila seseorang ingin mengajarkan ilmu yang tinggi-tinggi dan wah-wah, ajarkan dulu dasar-dasar pijakan yang berkaitan dengan ilmu tersebut."

Sayd Nursiba: "Memang, sesosok bayi yang seharusnya masih mengonsumsi air susu belum siap untuk dijejali pisang atau makanan padat lainnya."

Irfan Wahyu Adi Pradana: "Dalam hal apapun, khususnya beragama, manusia harus melek sosio kultural di lingkungan sekitarnya, sehingga bisa menjaga kondusivitas dengan memelihara estetika (keindahan) simbol-simbol dalam pergaulan."

[o]

0 komentar:

Posting Komentar